Kisah Sejarah Singkat Andi Mappanyukki
Penulis: Yuddin, S.Pd
Dirilis Oleh: Muh Yunus
Editor: Muh
Oleh: Fb/Dien Seni
SEJARAH DAN SAINS - Setelah Perang Bone (Rumpa'na Bone) pada tahun 1905, selama 26 tahun Bone tidak punya Raja karena dikuasai oleh Belanda.
Nanti pada tahun 1930, Ketua Dewan Hadat Tujuh yang pada waktu itu dijabat oleh La Maddusila menyampaikan kepada Puangta Andi Mappanyukki bahwa, atas nama rakyat Bone meminta kepada Andi Mappanyukki agar bersedia menjadi Mangkau ri Bone.
Andi Mappanyukki menerima tawaran itu dengan ketentuan, semua benda-benda pusaka Kerajaan Bone yang diambil oleh pemerintah Belanda pada saat La Pawawoi Karaeng Sigeri ditangkap lalu diasingkan ke Bandung, harus dikembalikan ke Kerajaan Bone. Benda-benda Kerajaan tersebut sangat berharga dan dibutuhkan dalam pemerintahan Kerajaan, karena dianggap sumber Legitimasi pengukuhan jabatan seorang Raja.
Benda-benda Pusaka Kerajaan Bone tersebut, yaitu :
1. Keris, Tappi La Makkawa
2. Pedang, Kalewang La Teariduni
3. Sembangeng Pulaweng
4. Teddung Pulaweng
Setelah segala persiapan prosesi pelantikan, maka hari kamis tanggal 2 April 1931 (Pas hari ini 90 tahun yang lalu) dilantiklah Andi Mappanyukki sebagai Mangkau Raja Bone ke 32 dengan gelar Sultan Ibrahim.
Andi Mappanyukki adalah putra dari Raja Gowa ke 34 yaitu I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang dan I Cella We Tenri Padang Arung Lita, putri tertua dari La Parenrengi Matinroe Ri Aja Benteng Raja Bone ke 27.
Saat Andi Mappanyukki menjadi Raja Bone (1931-1946), beliau tidak mau tunduk kepada Belanda dan selalu membela kepentingan rakyat. Pada tahun 1944 terbentuk suatu organisasi yang disebut "SUDARA" singkatan dari "Sumber Darah Rakyat" yang bertujuan untuk mencegah kembalinya penjajahan Belanda.
Pada jaman Kemerdekaan Pemerintahan Bone masih berbentuk Kerajaan, maka dilantiklah La Pabbenteng menjadi Raja Ke 33 (1946-1951). Pada bulan Mei 1950 terjadi Demonstrasi besar-besaran di Kota Watampone yang menuntut dibubarkannya Negara Indonesia Timur dan agar dihapuskannya Kerajaan lalu dinyatakan Bone menjadi bagian dari Pemerintah RI.
Pada tanggal 21 Mei 1950 terbentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI) untuk daerah Bone. Setelah itu terjadilah penyerahan kekuasaan dari pemerintah Kerajaan Bone kepada KNI dan beberapa hari kemudian para Anggota Dewan Hadat Tujuh Kerajaan Bone mengundurkan diri.
Walaupun Kerajaan Bone telah menjadi sebuah Kabupaten dalam Wilayah Republik Indonesia, namun sampai saat ini orang Bugis Bone tetap menganggap pranata-pranata sebagai standar bagi pranata sosial orang Bugis pada umumnya.
Pada tanggal 21 Desember 1957 dipilih kembali Andi Mappanyukki untuk memimpin Bone sampai pada tanggal 21 Mei 1960. Namun bukan lagi sebagai Raja akan tetapi menjadi Kepala Daerah Tingkat Dua Kabupaten Bone.
Dari beliaulah ada nama penggelaran Andi di daerah Bone. Dengan cara beliau menandatangani kontrak politik kerja sama untuk membangun Bone kepada semua Bangsawan yang ada di Wilayah Bone, walaupun bukan keturunan langsung dari Mangkau atau Raja Bone.
Menurut penilaian orang Bone dan dari berbagai kalangan bahwa, Puangta Andi Mappanyukki memiliki sifat jujur dan religius.
Sosok pribadi baginda sangat sederhana dan rendah hati. Terbukti kita lihat foto aslinya dalam keadaan sehari-hari dibawah ini. Beliau memakai songkok recca ala To Samaa tanpa Pamiring Pulawenna.
Semoga tak ada bedanya sosok pemimpin Bone masa kini dengan kejujuran beliau.
Bersyukurlah kepada sebahagian bangsawan Bone, karena baginda ada penggelaran Andi sebagai tingkatan kasta strata sosialnya.
(Kepada saudaraku, penulis mengucapkan Terimakasih yang membagikan artikel ini di Medsos. Dengan etika tercantum nama penulisnya sebagai penanggung jawab)
Di Post: http://www.news-pengetahuan.com
Komentar
Posting Komentar